Subscribe Us

Rofiana SD Negeri Pungkuran by Rofiana Rofiana

Praktik Baik Pembelajaran “Kolaborasi Metode Sariswara dan Fitur Pendukung Rumah Belajar Karya Bahasa dan Sastra dalam Pembelajaran Menulis Geguritan Siswa Kelas VA SD Negeri Pungkuran”

 Praktik Baik Pembelajaran

“Kolaborasi Metode Sariswara dan Fitur Pendukung Rumah Belajar Karya Bahasa dan Sastra dalam Pembelajaran Menulis Geguritan Siswa Kelas VA SD Negeri Pungkuran”

 


Latar Belakang

Pada era digital saat ini, banyak tantangan yang kita hadapi . Tidak bisa dipungkiri globalisasi membawa dampak  baik positif maupun negativ. Dampak positif globalisai antara lain kemajuan teknologi dalam berbagai bidang patut kita syukuri dan kita ambil manfaatnya. Begitu juga dengan dampak negative mau tidak mau juga harus kita hadapi. Salah satu dampak negative yang patut kita waspadai dan menjadi  tantangan yakni merosotnya moral  dan menghilangnya karakter anak bangsa. Hal ini ditengarai sebagai akibat dari perubahan perilaku siswa yang mulai meniru budaya barat dimana perilaku yang ditru tidak selaras dengan budaya bangsa Indonesia.

Budaya lokal daerah semakin tenggelam. Siswa tidak lagi mengenal budaya lokal daerah masing-masing. Padahal budaya lokal daerah yang beranekaragam jika digali lebih mendalam saat dengan  dengan penanaman nilai karakter dan budi pekerti. Namun, kondisi saat ini arus perkembangan teknologi yang tidak bisa dibendung semakin membawa dampak terhadap perkembangan karakter siswa. Hal tersebut merupakan sebuah permasalahan yang harus segera kita carikan solusinya. Untuk itu, kita sebagai pendidik perlu menerapkan pembelajaran dengan menanamkan karakter dan budi pekerti terhadap siswa.

Pembelajaran dengan penananam karakter dan budi perkerti sangat perlu kita lakukan. Penanaman karakter dan budi pekerti bisa kita lakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan PPK (Penguatan Pendidikan Karekter) dengan menerapkan pembiasaan-pembiasaan dan budaya positif di sekolah. Strategi lain yang dapat kita lakukan adalah dengan mendidik anak dengan seni. Mendidik dengan seni dinilai bisa menghaluskan budi pekerti siswa. Strategi mendidik anak dengan seni ini dapat kita lakukan dengan menerapkan Metode Sariswara dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan merode sariswara dapat kita kolaborasikan dengan berbagai muatan pelajaran dan juga model maupun strategi pembelajaran lainnya.  Harapannya dengan mengkolaborasikan metode sariswara lebih efektif dalam menanamkan karakter dan budi pekerti kepada siswa.

Metode Sariswara

Metode sariswara merupakan metode mendidik anak dengan menggabungkan kesenian yakni seni sastra, lagu dan cerita.  Melalui ksenian yang menggabungkan untuk membiasakan segala keindahan & kehalusan dengan menggabungkan pengalaman semua indra yang ada (cipta-rasa-karsa). Kesenian dinilai dapat digunakan untuk memperhalus watak, karakter dan budi pekerti anak. Melalui cerita-cerita yang diambil dari cerita rakyat setempat maupun karya sastra  serta lagu dapat dijadikan sarana menanamkan nilai-nilai budi pekerti yang baik seperti kasih sayang, tepa salira, saling menghargai, gotong royong, saling menghormati, memberi manfaat bagi semua makhluk, serta rasa cinta tanah air yang mendalam. Isi cerita rakyat, sastra ataupun lagu terdapat nilai-nilai karakter dan bui pekerti. Melalui metode sariswara pembelajaran dilakukan dengan Susana yang menyenangkan dan menngembirakan. Dan semua itu dilakukan anak dalam suasana menyenangkan dalam suatu permainan peran yang menggembirakan.


Metode sariswara merupakan buah pikiran Bapak Pendidikan kita yakni Bapak Ki Hadjar Dewantara. Saat ini metode sariswara telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Kita sebagai pendidik sudah semestinya menggunakan metode tersebut dalam pembelajaran kita. Metode sariswara merupakan sistem yang mengkolaborasikan potensi materi kesenian dengan mata pelajaran yang lain. Budaya-budaya lokal yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kearifan lokan daerah yang terus digali yang akan menjadi puncak-puncak sari kebudayaan bangsa.

Geruritan

Geguritan merupakan karya sastra tradisional berupa puisi dalam Bahasa jawa/puisi berbahasa jawa. Menurut Hadiwijaya, geguritan adalah golongan sastra Jawa cara baru yang mengungkapkan perasaan senang, ungkapan bahasa yang sesuai dengan keindahan rasa tetapi tidak berpedoman pada aturan guru gatra, guru wilangan dan guru lagu tertentu berbeda dengan sifat tembang macapat dan lain sebagainya (https://kumparan.com/berita-hari-ini/geguritan-yaiku-puisi-bahasa-jawa-pengertian-dan-macam-macamnya-1veDrYZNZ8F/full)

Dalam perkembangannya geguritan mengalami transformasi menjadi lebih bebas tidak terikat lagi aturan-aturan khusus atau bisa disebut dengan geguritan gagrag anyar. Sedangkan gegruitan yang terikat dengan aturan-aturan disebug geguritan gagrag lawas.

Geguritan merupakan karya tradisi/karya sastra lokal yang didalamya terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang harus digali, dikenalkan dan dikembangkan kepada siswa agar anak mengenal dan mengetahui budaya daerah yang adiluhung yang patut dilestarikan. Harapannya siswa akan bangga dengan budaya lokal daerah sehingga “Wong Jawa ora ilang jawane” (Orang Jawa tidak kehilangan jati diri sebagai orang Jawa)

Fitur Pendukung Rumah Belajar Karya Bahasa dan Sastra

Fitur Karya Bahasa dan Sastra merupakan fitur pendukung Rumah Belajar yang menyediakan buku-buki digital (e-book) mengenai bahasa dan sastra untuk jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dengan kategori prosa, puisi dan literatur yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung literasi teknologi.

Beberapa karya sastra yabng berupa e-book di dalam fitur ini diantaranya antologi puisi maupun antologi geguritan , antologi macapat serta cerita-cerita anak lainnya.

Fitur ini dapat kita manfaatkan untuk menambah sumber belajar dan referensi untuk memperkaya wawasan. Melalui fitur tersebut siswa menjadi tahu seperti apa puisi, gegrutitan, macapat serta cerita anak.

 

Praktik Baik Pembelajaran

Praktik baik pembelajaran berbagi dan kolaborasi bersama Rumah Belajar dengan judul “Kolaborasi Metode Sariswara dan Fitur Pendukung Rumah Belajar Karya Bahasa dan Sastra dalam Pembelajaran Menulis Geguritan Siswa Kelas VA SD Negeri Pungkuran” terlaksana pada hari Senin, 8 November 2021. Praktik baik ini saya lakukan dengan subyek kelas VA SD Negeri Pungkuran sejumlah 23 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki 16 dan siswa perempuan 6 siswa. Pada hari itu ada 3 siswa yang tidak bisa ke sekolah. Pembelajaran saya lakukan dengan mengkolaborasikan metode sariswara dan fitur pendukung karya Bahasa dan Sastra. Dua hari sebelumnya siswa saya beri tahu untuk membawa HP ke sekolah dengan maksud  dan tujuan belajar bersama Rumah Belajar. Jika ada anak yang tidak membawa juga tidak masalah bisa bergabung dengan temannya.


Pembelajaran saya mulai pada pukul 07.00 WIB secara tatap muka dengan sistem bergilir menjadi 2 sesi. Sesi 1 berlangsung pada pukul 07.00 WIB – 08.30 WIB. Sedangkan sesi 2 berlangung pada pukul 08.30 – 10.00 WIB. Tentu saja semua dilakukan dengan prokes. Pada sesi 1 siswa yang hadir sejumlah 11 siswa. Sedangkan sesi 2 sejumlah 9 siswa.

Saat proses pembelajaran saya ajak siswa untuk membuka portal Rumah Belajar pada fitur pendukung Karya Bahasa dan Sastra. Saya memfasilitisasi dan mendorong siswa untuk mengeksplor karya geguritan yang ada dalam fitur tersebut. Siswa saya ajak untuk membaca  geguritan yang ada dalam fitur tersebut. Tentu saja geguritan yang saya contohkan adalah geguritan dengan tema/judul umum. Saya juga memberikan arahan dan pengantar singkat tentang geguritan. Saya berikan waktu untuk anak-anak membaca dan mengeksplor geguritan. Saya juga mencontohkan dan membacakan geguritan yang pernah saya tulis dan sudah dibukukan. Saya berikan tips dan trik sederhana dalam menuliskan gegruritan.

Setelah dirasa cukup mengerti tentang geguritan, siswa saya ajak untuk menulis geguritan sederhana dengan tema bebas 5-10 baris saja. Tak bisa dipungkiri banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menggunakan diksi. Menurut mereka lebih mudah membuat puisi Berbahasa Indonesia dibanding geguritan, Mereka saya berikan penguatan dan motivasi bahwa “kamu pasti bisa”. Saya bimbing siswa dalam menuangkan ide yang ditulis dalam bentuk geguritan. 

Sebagian besar siswa bisa menuliskan dan menuangkan ide nya meskipun masih dalam taraf sederhana. Ada beberapa siswa yang kesulitan menuangkan ide dan macet tidak bisa menulis. Saya bimbing siswa yang macet ide dengan memberikan pancingan pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa cita-citamu?, bagaimana keadaan lingkungan sekitamu, apa yang kamu lakukan untuk membantu orang tuamu?, bagaimana sikapmu terhadap ibumu?. Dengan pancingan-pancingan pertanyaan tersebut jawaban siswa ditulis. Dari jawaban-jawaban tersebut sudah bisa membuat geguritan meskipun masih sederhana. Semuanya butuh proses. Geguritan di tulis siswa dalam kertas yang sudah saya siapkan yang pada akhrinya akan menjadi karya kelas.

Setelah satu jam siswa yang sudah berhasil menuliskan geguritan saya minta untuk bergantian membacakan hasil puisi masing-masing di depan kelas. Teman yang lain menyimak dan mendengarkan. Setelah semua selesai menuliskan geguritan saya bimbing siswa untuk menempelkan di kertas yang telah disediakan. Pada sesi 1 berhasil membuat 11 karya geguritan, sedangkan sesi 2 berhasil membuat 9 karya geguritan, Baik pada sesi 1 ataupun sesi 2 skenario pembelajaran saya buat sama. Setelah selesai menuliska dan membacakan gegurian, mereka saya minta untuk melakukan refleksi. Ketika saya tanya mereka menjawab senang belajar berama Rumah Belajar dan senang bisa membuat geguritan.

 

Testimoni Siswa

Secara lisan siswa saya tanya bagaimana persaannya setelah belajar hari ini. Selain itu mereka juga diminta untuk menuliskan testimoninya.








Indahnya berbagi dan berkolaborasi. Semangat berbagi agar tak mengendap di diri sendiri !

 

 

#pembatik

#pembatiklevel4

#pusdatin

#rumahbelajar

#dutarumahbelajar

#inspirasijogjaistimewa


Posting Komentar

0 Komentar