Subscribe Us

Rofiana SD Negeri Pungkuran by Rofiana Rofiana

3.1.a.10 Aksi Nyata-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

3.1.a.10 Aksi Nyata-Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Rofiana S.Pd.

CGP Angkatan 3 Kab.Bantul

SD Negeri Pungkuran



1.      Peristiwa (Fact)

a.       Latar Belakang

Pengalaman menjadi guru selama lebih dari 16 tahun begitu banyak hal yang saya alami. Asam, manis dan pahitnya pengalaman menjadi guru sudah saya rasakan.  Tugas seorang guru bukan hanya mentransfer ilmu saja, melainkan mendidik, mendampingi siswa dalam belajar. Selain itu juga dituntut untuk bisa membentuk karakter siswa melalui kegiatan pembiasaan dan keteladanan. Setiap tahun saya pasti menghadapi siswa yang berbeda dengan berbagai macam karakter dan kemampuan yang berbeda serta memiliki keunikan tersendiri.

Kemampuan siswa yang berbeda-beda tersebut menjadi sebuah tantangan bagi saya agar bisa membersamai mereka hingga tiba pada saat kenaikan kelas. Kenaikan kelas akan dilaksanakan pada semester 2. Pada saat memasuki semester 2 seperti saat ini, sering kali muncul kegalauan dan keresahan dalam diri saya. Kegalauan itu muncul karena masih ada siswa yang saya anggap belum tuntas mengikuti proses pembelajaran selama ini. Tentu saja hal ini sangat membutuhkan perjuangan bagi saya dan mungkin saja teman guru lainnya yang mempunyai permasalahan dengan siswanya di kelas. Dalam hal ini adalah para siswa yang dianggap belum tuntas dan belum layak untuk naik ke jenjang selanjutnya.

Masing-masing sekolah telah menetukan kriteria penentuan kenaikan kelas yang tertuang di dalam kurikulum masing-masing. Kriteria siswa yang belum bisa naik kelas tersebut diantaranya adalah siswa yang mempunyai kemampuan akademiknya di bawah rata-rata kelas dan juga didasarkan pada pengamatan perilaku siswa selama selama satu tahun. Hal ini pasti akan selalu terjadi dilema dan juga perdebatan dalam rapat kenaikan kelas karena pro dan kontra antara guru kelas, teman sejawat, dan juga kepala sekolah.

Adanya permasalahan tersebut muncul sebuah dilema di dalam diri saya sebagai guru yang membimbing dan membersamai siswa tersebut hampir satu tahun ini. Secara akademik memang faktanya siswa tersebut belum mencapai KKM untuk sebagaian besar muatan pelajaran. Siswa tersebut juga termasuk dalam kategori siswa lamban belajar/berkesulitan belajar. Namun, di sisi lain siswa tersebut mempunyai karakter yang baik yang ditunjukkan dengan perilakunya yang baik, hormat dan sopan terhadap guru, menyayangi teman, mentaati kesepakatan kelas, rajin ke sekolah dan rajin menyelesaikan tugas yang diberikan meskipun masih belum tuntas.

 

b.      Alasan melakukan aksi tersebut 

Alasan saya melakukan aksi nyata tersebut adalah bahwa aksi nyata yang saya laksanakan adalah untuk mengatasi dilema yang saya alami. Saya akan mengatasi dilema yang saya alami dengan menggali informasi tentang keadaan siswa tersebut dan memberikan sebuah perlakuan yang positif terhadap anak tersebut. Selain itu saya juga akan memotivasi siswa yang mengalami permasalahan akademik dan juga lambat belajar tersebut. Saya juga akan melakukan diskusi dengan rekan guru untuk menggali informasi dan mendapatkan solusi atau pandangan lain.

Berikut dokumentasi guru menggali informasi/ fakta dengan rekan sejawat, siswa maupun orang tua siswa. 


(Foto wawancara dengan rekan sejawat)

(Foto wawancara dengan orangtua)

Selain wawancara dengan teman sejawat dan orangtua saya juga menggali informasi dari siswa sendiri. 

(Menggali informasi dari siswa)

Saya juga memerlukan uji panutan/idola dengan berkonsulatsi dengan pimpinan/kepala sekolah.



c.       Hasil aksi nyata

Berdasarkan strategi 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran maka :

  1. Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

Hasil akademik siswa menunjukkan tidak masuk kriteria kenaiakan kelas yang ditetapkan oleh sekolah.

  1. Yang terlibat

Kepala sekolah, guru dan murid dan orang tua.

  1. Fakta-fakta yang relevan

Dari hasil pengumpulan fakta-fakta yang relevan melalui observasi dan juga wawancara dengan orang tua dan guru lain yang pernah mengajar siswa tersebut didapat fakta sebagai berikut :

Hasil akademik siswa menunjukkan belum tuntas KKM secara keseluruhan. Kemampuan literasi dan numerasi masih kurang.

Siswa termasuk dalam kategori lamban belajar/kesulitan belajar

Siswa mempunyai perilaku yang baik, tidak membuat masalah di kelas, rajin ke sekolah, rajin mengerjakan tugas walaupun masih belum tepat.

Dari hasil wawancara dengan orang tua didapat fakta bahwa dalam keseharian anak tersebut ketika belajar di rumah bersama orang tua memang belum bisa menerima materi pembelajaran dengan baik. Kemampuan akademik belum tuntas. Di rumah menunjukkan perilaku yang baik pula.

  1. Pengujian benar vs salah

o   Uji Legal

Uji benar vs benar (dilema etika)

Benar jika anak tersebut diberikan nilai sesuai KKM meskipun mempunyai kemampuan akademik yang kurang/belum tuntas karena siswa tersebut mempunyai karakter yang baik dan untuk hal akademik masih bisa diperbaiki pada jenjang berikutnya.

Benar pula jika guru tidak memberi nilai tuntas KKM karena memang secara fakta nilai siswa masih rendah/belum tuntas.

Benar pula bahwa siswa tersebut mempunyai karakter yang baik serta rajin mengerjakan tugas dan rajin ke sekolah yang dapat menjadi pertimbangan lain dalam kriteria kenaikan kelas

o   Uji regulasi / Standar Profesional

Tidak ada pelanggaran hukum dan tidak melanggar kode etik.

o   Uji intuisi

Tidak masalah karena guru lebih mengenal karakter dan kemampuan murid. Selain itu guru juga tahu apa yang akan dilakukan yang terbaik untuk siswa. Murid berhak dinaikkan ke tingkat selanjutnya meskipun kemampuan akademik masih kurang (kenaikan kelas dengan pertimbangan lain)

o   Uji Publikasi/ Halaman Depan Koran

Tidak masalah jika pengambilan keputusan tersebut dipublikasikan

o   Uji Panutan/Idola

Guru maupun kepala sekolah sudah sewajarnya menentukan kebijakan kriteria kenaikan kelas tidak hanya melihat unsur akademik saja

  1. Pengujian Paradigma Benar Lawan Benar

Paradigma yang terjadi dalam situasi dilema ini adalah Keadilan lawan Kasihan. Dalam paradigma ini ada diantara 2 pilihan yakni pilihan mengikuti aturan tertulis atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang. Kadang memang benar untuk memegang peraturan, tapi terkadang membuat pengecualian juga merupakan tindakan yang benar. Adil jika siswa bisa naik ke kelas selanjutnya dengan pertimbangan non akademis yakni karakter yang dimiliki oleh siswa. Ada unsur kasihan karena siswa tersebut pernah tidak naik kelas, yang tentu saja usianya jauh lebih tua disbanding teman-temannya. Kasihan juga jika siswa tidak naik padahal siswa tersebut mempunyai karakter yang baik, sopan terhadap guru, rajin ke sekolah dan juga rajin menyelesaikan tugas-tugas yang berikan meskipun belum tuntas.

  1. Melakukan Prinsip Resolusi

Prinsip penyelesaian dilema dalam kasus ini adalah prinsip berpikir berbasis peduli yakni yaitu memutuskan sesuatu dengan pemikiran, apa diharapkan orang lain lakukan terhadap kita. Dalam hal ini saya sebagai guru mempunyai sikap peduli pada siswa yang saya dampingi dan saya bimbing. Saya peduli dan perlu memikirkan keputusan terbaik apa yang harus saya ambil untuk siswa saya.

  1. Investigasi Opsi Trilema

Membangun komunikasi dan berkolaborasi dengan orang tua. Orang tua diberi tahu keadaan yang sebenarnya. Orang tua dilibatkan dalam memotivasi dan membimbing siswa agar meningkat prestasi belajarnya dan menuntaskan belajarnya.

  1. Buat Keputusan

Setelah menggali informasi baik dari siswa, orang tua, rekan sejawat dan juga pimpinan (kepas sekolah) maka keputusan yang akan dilaksanakan yakni memberikan siswa sesuai nilai KKM dan siswa bisa naik kelas.

  1. Refleksi /Lihat Lagi Keputusan

o   Pada  dasarnya siswa tersebut mempunyai karakter yang baik yang ditunjukkan dengan perilaku rajin dan mempunyai kemauan belajar hanya saja membutuhkan waktu yang berbeda dengan temannya.

o   Siswa tersebut mempunyai karakter yang baik jadi layak untuk mendapatkan nilai tuntas KKM dan bisa naik kelas.

o   Dalam menentukan kriteria kenaikan kelas tidak hanya dari hasil akademik saja melainkan juga pertimbangan lain seperti perilaku siswa.

 

2.                  Perasaan (Feelings)

Perasaan saya setelah saya melaksanakan aksi nyata berupa pengambilan keputusan dalam pembelajaran tentu saja saya merasa lega dan senang. Dalam menghadapi situasi dilema ini saya mampu mengambil sebuah keputusan dan mampu melasanakan keputusan tersebut. Saya melakukan hal ini sudah berdasarkan prinsip dan niali-nilai kebajikan yang berlaku di lingkungan sekolah dan sesuai dengan langkah yang benar.  

Saya merasa senang karena bisa membantu dan mengantarkan siswa yang saya bimbing di penghujung tahun pembelajaran. Komunikasi dengan orang tua dapat terjalain, sehingga orang tua juga merasa senang dan terbantu.

 

3.                  Pembelajaran (Findings)

Dari peristiwa ini saya mendapatkan pembelajaran, bahwa dalam menentukan kriteria kenaikan kelas dan juga mengambil keputusan tentang kenaikan kelas perlu dengan pertimbangan beberapa hal. Tidak 100% ditentukan hasil akademik semata. Kemampuan siswa beragam dan tidak seragam yang tidak bisa disamaratakan. Setiap siswa sudah membawa kodrat masing-masing yang harus kita tuntun agar semakin berkembang.

 

4.                  Penerapan ke depan (Future)

Dalam menentukan kenaikan kelas guru perlu mempertimbangkan beberapa aspek. Tidak 100% dengan hasil akademik. Dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas kita juga perlu menggunakan pertimbangan non akademik. Masing-masing siswa mmepunyai karakter dan kemmapuan yang berbeda-beda sesuai dengan kodrat masing-masing. Ketika ada permasalahan,  guru harus mencari solusi/jalan keluar degan melibatkan orag tua dan rekan kerja ataupun kepala sekolah. Hal yang harus dihindari ialah munculya emosi dan keputusan sesaat. Setiap keputusan yang diambil tentus saja yang mampu berpihak pada siswa, sehingga terwujud profil pelajar Pancasila. 


Posting Komentar

0 Komentar