Subscribe Us

Rofiana SD Negeri Pungkuran by Rofiana Rofiana

Trauma Gempa dan Banjir

(Foto saat banjir datang sampai teras rumah)

Saat mendengar dan melihat kabar tentang adanya bencana alam yang tengah melanda negeri tentunya kita akan turut prihatin dan berempati. Saudara kita yaang ada di Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat dan di Jawa Barat sedang berduka karena dilanda bencana. Mendengar dan menyimak berita bencana gempa bumi di Sulbar dan banjir di Kalsel tersebut mengingatkan bahwa saya juga pernah mengalami bencana tersebut. Gempa bumi dan banjir pernah saya alami. Gempa bumi di Jogja pada tanggal 27 Mei 2006 silam masih menyisakan trauma bagi yang pernah mengalaminya. Pagi itu pada hari Sabtu pukul bumi bergoncang serasa diputar dan dilempar. Rumah dan bangunan porak poranda. Tak luput banyak korban jiwa pun juga berjatuhan. Hampir 15 tahun peristiwa tersebut berlalu tetap masih menyisakan trauma. 

Kabupaten Bantul tempat saya tinggal secara geografis terletak dekat dengan Laut Jawa yang tentu secara faktanya berada pada zona rawan gempa. Setiap ada gempa kecil yang datang saya selalu teringat peristiwa 27 Mei 2006. Secara manusiawi, ketika terjadi gempa kemudian saya akan mengalami keringat dingin, pusing, perut mual, jantung berdebar dan gemetaran serta timbul rasa takut dan khawatir. Khawatir jika gempa kecil itu pertanda gempa besar akan datang. Maka yang bisa saya lakukan tetap waspada dan selalu berdoa kepada Nya memohon perlindungan. 

Selain bencana gempa, saya juga pernah mengalami bencana banjir. Setiap musim penghujan tiba seperti saat ini harus selalu waspada jika tiba-tiba banjir datang. Seperti peristiwa yang pernah saya alami pada bulan Maret 2019 lalu, seusai magrib air datang dari arah timur, lama kelamaan air semakin meninggi. Hanya kurang dari satu jam air di depan rumah sudah setinggi orang dewasa. Saya segera menyelamatkan diri beserta keluarga untuk mengungsi di tempat yang lebih aman. Ketika air mulai masuk ke halaman saya segera mengungsi, tidak peduli barang-barang yang masih ada di dalam rumah. Hanya dokumen-dokumen yang saya amankan. Saya tidak menyangka akan datangnya banjir, karena selama belasan tahun tinggal baru tahun 2019 kemarin dilanda banjir. Jadi tidak ada sama sekali persiapan untuk menyelamatkan barang-barang yang ada di rumah. 

Malam itu suasana mencekam. Aliran listrik sengaja dipadamkan. Mobil ambulans meraung-raung mengevakuasi korban terdampak banjir ke tempat yang lebih aman. Setelah semalam air baru surut. Ketika menengok rumah keadaan dalam rumah penuh lumpur dan semua barang-barang berhamburan ke mana-mana sudah bergeser dari tempatnya dan semua barang elektronik mati. Bersyukur Alhamdulillah di tempat saya tinggal tidak sampai ada korban jiwa. Sikap waspada dan senantiasa berdoa memohon perlindunganNya yang dapat kita lakukan. Semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan untuk kita semua. 


#150katabercerita  #AISEIWritingChallenge

#Jan15AISEIWritingChallenge

Posting Komentar

4 Komentar

  1. Balasan
    1. Iya Bu..waktu gempa saya mau seminar proposal skripsi..jdi tertunda..

      Hapus
  2. Pasti sangat membuat trauma. Semoga kita semua selalu berada dalam lindunga-Nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu..sampai sekarang jika ada gampa jurus seribu langkah...langsung lari keluar rumah..

      Hapus