Diantara Dua Pilihan
Pada hari kedelapanbelas
tantangan lomba blog “Menulis di Blog Jadi Buku” ini saya akan melanjutkan
postingan saya yang kemarin. Kali ini judul yang saya tulis “Diantara Dua
Pilihan”. Pada postingan sebelumnya, saya menuliskan bahwa saya disarankan berpindah
tugas ke sekolah lain yang masih kekurangan guru agar tetap bisa menjadi guru
kelas. Dari informasi bu kepala sekolah ada 2 sekolah yang kekurangan guru
kelas.
Setelah mendapatkan
informasi dari bu kepala sekolah, saya kemudian mencari informasi melalui teman
saya yang juga guru di sekolah tersebut. Saat itu saya bingung karena ada
pilihan 2 sekolahan. Tapi saya harus memilih salah satu diantara 2 sekolah
tersebut. Semua ada pertimbangan-pertimbangan nilai plus minusnya. Sebut saja
sekolah A berlokasi masih satu kecamatan dengan sekolah saya saat itu dan juga masih
dekat dengan rumah ibu. Nilai plusnya jika masih satu kecamatan paling tidak
untuk urusan administrasi juga lebih mudah dan ada sudah mengenal beberapa
teman guru satu kecamatan. Selain itu bisa sering mempir ke rumah ibu juga. Pilihan
kedua sebut saja sekolah B, lokasi berbeda kecamatan tetapi lebih dekat dengan
rumah yang kutinggali sekarang. Di sekolah B saya tidak punya kenalan satupun
teman guru di sekolah tersebut. Nilai plusnya jika saya memilih sekolah B lebih
dekat dengan rumah dan tidak terburu-buru saat pagi hari berangkat ke sekolah.
Sesuai arahan dari bu
kepala saya bersilaturahmi ke kedua sekolah tersebut menanyakan kebenaran
informasi yang saya terima. Saya disambut baik oleh kepala sekolah A maupun kepala
sekolah B. Saya pun juga diterima untuk menjadi GTT di dua sekolah tersebut.
Tetapi saya harus memilih salah satu diantaranya. Setelah saya mendatangi kedua
sekolah tersebut timbul kegalauan dalam hati. Memilih sekolah A ataupun B.
Masing-masing memiliki nilai plus dan minus. Saya juga meminta pertimbangan
dari keluarga. Keluarga juga memberikan saran, tetapi pilihan dan keputusan
terakhir diserahkan kepadaku . Sekolah mana yang dipilih akan didukung.
Pada awalnya saya memilih
sekolah B karena teman saya yang juga terseger memilih sekolah B. Paling tidak
sudah ada teman yang dikenal. Tetapi entah mengapa selang beberapa hari dengan
adanya suara-suara hati yang berbisik saya membatalkan memilih sekolah B dan
datang ke sekolah A. Saya benar-benar bingung dan galau saat itu. Mungkin
sebagai akibat karena saya “terpaksa” pindah sekolah. Walaupun saya sudah
memilih sekolah A tetapi saat itu karena waktunya tanggung pada pertengahan
semester, dari paguyuban orang tua wali siswa memohon kepada saya agar
menyelesaikan sampai kenaikan kelas. Saya tidak bisa memutuskan untuk menerima
permohonan tersebut. Kemudian perwakilan pengurus wali siswa datang ke sekolah
dan bertemu dengan bu kepala sekolah. Mereka menyampaikan keinginannya agar
saya menyelesaikan sampai kenaikan kelas. Alasan yang disampaikan karena saat itu
saya mengampu kelas 2. Orang tua khawatir anaknya yang masih seusia kelas 2 tidak
bisa cepat beradaptasi dengan guru yang baru. Bu kepala sekolah pun akhirnya
mengabulkan permohonan dari wali murid. Saya diminta untuk menyelesaikan tugas
mengajar hingga kenaikan kelas. Saya menerima tugas tersebut. Dalam hati kecil
memang belum ingin pindah dari sekolah tersebut, he he he.
Sampai pada suatu peristiwa
dimana saat itu seperti biasa saya menjalani rutinitas sehari-hari di sekolah
lama. Pagi itu saat berangkat ke sekolah suasana lalu lintas padat merayap dan
banyak yang ngebut memburu waktu untuk sampai di lokasi sekolah atau kerja.
Tanpa disangka tiba-tiba ada kecelakaan di depan mata dengan kondisi
mengenaskan dan meninggal dunia di tempat. Lokasi kecelakaan tepat di dekat
sekolah A yang saya pilih. Setelah melihat kejadian tersebut saya lemas,
gemetaran juga pusing dan mual. Sampai di sekolah saya menceritakan apa yang
baru saja saya alami.
Setelah menyaksikan
peristiwa tersebut, terbesit pemikiran di hati kok tidak pilih sekolah B saja
yang lebih dekat dengan rumah dan tidak terburu-buru saat pagi hari. Selain itu
lantas muncul pula pemikiran jika lokasi tempat kerja akan meminimalkan resiko
kecelakaan. Entahlah, mengapa bisa terbesit pemikiran seperti itu. Melalui
pertimbangan dan pertentangan batin dan berpikir berhari-hari akhirnya saya
memutuskan untuk memilih kembali sekolah B. Sekolah yang berbeda kecamatan dan
sama sekali belum mengenal guru di sekolah tersebut. Mungkin saat itu semua
teman mengira saya plin plan dan tidak punya pendirian. Tapi hal tersebutlah
yang kurasakan. Mereka mungkin tidak merasakan galaunya perasan saya saat itu. Saya
kemudian datang lagi ke sekolah B dan menyampaikan maksud kedatangan saya.
Alhamdulillah...bu kepala sekolah bisa memahami kondisi saya saat itu dan masih
menerima menjadi GTT di sekolah tersebut. Setelah ke sekolah B, saya
bersilaturahmi ke sekolah A dan mengatakan yang sejujurnya alasan saya untuk
berubah pikiran. Alhamdulillah.. bapak kepala sekolah bisa mengerti dan
menerimanya dengan baik.
Akhirnya kumantapkan hati
kuputuskan memilih sekolah B. Saya mulai pindah di sekolah B pada awal ajaran
baru tahun 2011/2012. Kupersiapkan diri untuk beradaptasi dan bergabung di
lingkungan kerja yang baru. Semoga cepat menyesuaikan dan betah.
Demikianlah sepenggal cerita disaat
galau memilih diantara dua pilihan. Simak kisah selanjutnya ya !
Salam
Literasi,
Rofiana,
S.Pd.
SD
Pungkuran Pleret Bantul DIY
NPA 11041400010
0 Komentar