Perjuangan Dimulai
Pada hari keempat
tantangan lomba blog “Menulis di Blog Jadi Buku” ini saya akan melanjutkan
postingan saya yang kemarin. Kali ini judul yang saya tulis “Perjuangan
Dimulai”. Pada postingan sebelumnya, saya telah menuliskan bahwa pada awal
terima menjadi GTT untuk sementara saya ditugaskan untuk mengelola perpustakaan
yang terbengkalai akibat adanya gempa bumi. Selain itu, saya juga diberikan
tugas untuk masuk ke kelas-kelas menggantikan guru yang berhalangan hadir
ataupun guru yang terpaksa tidak bisa mengajar karena ada kepentingan dinas.
Saya berusaha
melaksanakan tugas tersebut dengan senang. Saya sudah menyatakan kesanggupan
untuk menjadi tenaga honorer disitu, berarti segala konsekuensinya ya harus
dijalani, begitulah yang terbesit dalam hati. Seperti yang telah disampaikan
Bapak kepala sekolah, bahwa sebagai GTT atau tenaga honorer harus siap mental
untuk benar-benar mengabdi bukan mencari gaji. Sebagai honorer bisa dikatakan
bekerja “sukarela” dan “gotong-royong”. Pada saat saya melamar sudah
disampaikan bahwa “gaji” yang akan diberikan ala kadarnya dan jauh dari UMP.
Walaupun begitu, ada
sedikit hal yang membuat saya menggantungkan harapan ketika itu, ketika Bapak kepala
sekolah memberi harapan bahwa mungkin suatu saat nanti akan ada pengangkatan
menjadi CPNS, karena honor pada instansi pemerintah. Dalam hati tentu sangat
berharap hal itu akan terjadi. Itu juga salah satu hal yang membuatku
menyatakan sanggup untuk mengabdi di sekolah tersebut.
Sesuai dengan pepatah “Berakit-rakit
ke hulu berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian”, sayapun semakin memantapkan hati untuk berusaha mengabdi dan urusan
gaji nanti. Bismillah..perjuangan baru saja dimulai. Jalani dengan bersemangat.
Niatkan juga untuk berbagi apa yang kita miliki. Sejak kecil saya bercita-cita
menjadi guru. Inilah kesempatan untuk mewujudkannya, walaupun menjadi GTT. Untuk
mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tentu diperlukan usaha dan doa.
Sudah hampir sebulan
awal bekerja di sekolah tersebut lancar dan tidak ada kendala berarti. Hanya
butuh penyesuaian karena kemudian tinggal bersama suami di lain kecamatan.
Membutuhkan perjalanan sekitar 30 menit untuk sampai di sekolah setiap harinya.
Perjalanan yang menurutku cukup jauh juga jika dibandingkan dengan
teman-temanku. Sebenarnya jika saya tinggal bersama orang tua tidak sampai 10
menit sampai. Tetapi segala konsekuensi harus dijalani karena sudah memilih
ikut tinggal bersama suami.
Demikian cerita
pengalaman hidup saya saat awal-awal menjadi GTT. Perjuangan panjang baru saja
dimulai. Akan saya tuliskan cerita-cerita selanjutnya dengan harapan akan
terangkai menjadi cerita yang utuh yang terangkum dalam sebuah buku true
story.
Simak kisah selanjutnya ya!
Salam Literasi,
Rofiana, S.Pd.
SD Pungkuran Pleret Bantul
NPA 11041400010
6 Komentar
Mantap bin keren. Semoga tetap semangt untuk terus berkarya. Keep spirit. Lanjutkan.
BalasHapusTerimakasih Pak Nana..
Hapushebat perjuangannya. kalau saya dulu Wiyata Bakti tahun 1997 pns 2007 tapi masa kerja e gak diakui. semangat saja pokoknya
BalasHapusLama juga WB nya ya..10 tahun..tahun 1997 saya kelas 1 SMP..hehe..
HapusItu harapan semua Honorer di Daerah Bu...mau ikut Tes CPNS...rata2 sudah di atas 35 th
BalasHapusIya Pak..ada kenadala usia...tetap syemangat..
Hapus