Subscribe Us

Rofiana SD Negeri Pungkuran by Rofiana Rofiana

Saat Harus Tersingkir

Saat Harus Tersingkir

Pada hari keenambelas tantangan lomba blog “Menulis di Blog Jadi Buku” ini saya akan melanjutkan postingan saya yang kemarin. Kali ini judul yang saya tulis “Harus Tersingkir”. Pada postingan sebelumnya, saya menuliskan kisah saat saya bisa mendapatkan insentif. Ikut merasakan apa yang teman-teman rasakan.

Menjadi seorang GTT tentu sudah paham tentang kewajiban yang harus dilakukan dan hak yang harus diterima. Kewajiban mengajar yang dilakukan sama halnya dengan guru berstatus PNS mengisi aktivitas sehari-hariku. Hanya saja kadang jam kepulangan ada toleransi lebih awal dari guru PNS. Untuk hak sendiri jelaslah berbeda dengan guru PNS. Saya tidak menampik jika saya tetap bertahan menjadi GTT dengan harapan suatu saat nanti akan diangkat menjadi CPNS. Hal tersebut adalah pemikiran yang lumrah dalam hati para GTT. Ditambah saya menjadi GTT di instansi pemerintah. Saat ada program tunjangan sertifikasi, guru berstatuts GTT di sekolah negeri tidak mempunyai hak untuk mendapatkan. Ada yang mengatakan jika GTT di sekolah negeri besok akan ada “iming-iming” pengangkatan menjadi CPNS sedangkan di swasta tidak akan ada pengangkatan tetapi bisa sertifikasi. Pemikiran seperti itulah yang membuat kami tetap bertahan dan bersabar untuk menjadi GTT meskipun “gaji” yang diperoleh belum layak dan masih jauh dari UMR.

Sebagai GTT tentu juga harus sadar dengan posisi yang dimiliki. Posisi menjadi guru tidak tetap harus siap menata hati dan menata mental jika sewaktu-waktu sekolah kedatangan guru berstatus CPNS ataupun PNS. Sebagai GTT harus siap menerima nasib dan kebijakan yang diputuskan. Beberapa teman-teman GTT di sekolah lain mengalami nasib tersebut. Harus tersingkir dengan adanya rekruitmen CPNS dimana di sekolah tempat mengabdi mendapat penempatan guru baru berstatus CPNS. Sebagai GTT tentu tidak bisa berbuat apa-apa dengan adanya kebijakan tersebut. Yang bisa dilakukan harus menerima dengan logowo. Saya mengerti dan paham dengan apa yang mereka rasakan. Memang bukan salah si guru baru tersebut. Itu semua karena menjalankan kebijakan pemerintah yang sudah diputusakan. Teman-temanku GTT “terpaksa” harus berpindah tempat ke sekolah-sekolah yang membutuhkan. Kebetulan pada saat itu tahun 2010 sekolahku tidak mendapatkan penempatan guru baru. Justru karena adanya GTT yang tergeser dengan guru CPNS di sekolahku malah “menampung” GTT pindahan dari sekolah lain yang tergeser guru baru. Dari segi usia dan pengalaman guru baru tersebut rata-rata fresh graduate alias lulusan baru. Pengalaman mengajar tentu belum banyak. Tetapi secara administrasi mereka menang karena SK CPNS sudah di tangan. Begitulah problematika GTT. Saat mengetahui sekolahku tidak mendapat penempatan guru CPNS tentu kelegaan yang kurasakan.

Tidak bisa kupungkiri, rasa was-was dan khawatir juga bersemayam di hati. Bagaimana jika taun depannya ada rekruitmen CPNS lagi dan sekolahku akan mendapatkan alokasi penempatan? Bagaimana nasibku kemudian? Pertanyaan tersebut menghantuiku. Walaupun dalam hati sudah kutanamkan kata “pasrah” kepada Allah, nyatanya rasa itu tetap ada. Pada tahun tersebut saya juga ikut mendaftar CPNS, tapi lagi-lagi harus gagal.

Apa yang saya khawatirkan pada akhirnya sugguh-sungguh terjadi. Pada tahun 2011 ada penempatan guru CPNS hasil dari rekruitmen CPNS pada tahun 2010. Apa yang saya takutkan terjadi. Rasa was-was dan khawatir yang saya rasakan akhirnya nyata. Sekolah saya mendapatkan penempatan guru CPNS. Bahkan mendapatkan 3 orang CPNS sekaligus. Padahal saat itu guru sudah pas dan bukan pula sekolah pararel. Jadi hanya membutuhkan 6 orang guru kelas saja. Jujur saya katakan saat itu perasaan saya sedih dan kecewa saya rasakan. Walaupun memang dari awal saya tahu segala konsekuensi yang akan saya terima sebagai guru berstatus GTT. Sebagai manusia biasa hal tersebut lumrah terjadi kan? Jika dihitung saat itu GTT guru kelas ada 2, saya dan teman saya yang pada tahun lalu tergeser guru CPNS. Jadi jika dihitung untuk guru berstatus PNS dan CPNS saja masih sisa satu. Saya sebagai guru berstatus GTT berusaha menerima dengan legowo dan berbesar hati saat harus “tersingkir”. Sedih dan kecewa wajar saya rasakan. Tetapi semua memang harus terjadi seperti itu.

Lalu apa yang kemudian terjadi padaku? Bagaimana nasibku selanjutnya? Simak cerita selanjutnya pada postingan yang akan datang !

 

Salam Literasi,

 

Rofiana, S.Pd.

SD Pungkuran Pleret Bantul DIY

NPA 11041400010

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar