Sore itu Paijo
berulangkali mematutkan diri di depan cermin. Bahagia hatinya tak terkira akan
bertemu pujaan hati yang diimpikannya. Paijo tak menyangka ternyata Melati si
bunga desa di kampungnya juga menaruh hati padanya. Sungguh merupakan kebahagiaan
yang luar biasa mengingat paras Paijo yang di bawah rata-rata dan juga
terhitung kurang gaul di kampung. Tempo hari, Melati dengan gamblangnya
menyatakan kalau ia juga mencintai Paijo. Meskipun Paijo sudah berulang kali
meyakinkan, Melati tetap berkata kalau ia juga mencintai Paijo. Bahkan Melatilah
yang berinisiatif mengajak bertemu di taman pinggir desa sore ini.
Paijo sudah tidak sabar
mengayuh sepedanya. Kemudian ia memacu sepedanya dengan kecepatan kencang,
khawatir kekasih hatinya terlalu lama menunggu. Kurang dari 15 menit Paijo
telah sampai di lokasi yang telah disepakati.
Di sebuah kursi panjang
di tengah taman, sudah duduk gadis cantik berparas ayu yang tak lain adalah
Melati. Hati Paijo berdetak kencang. Ia pun bergegas memberanikan diri untuk segera
duduk di sebelah Melati. Senyum yang tersungging di bibir manis Melati semakin
menambah kegugupan hati Paijo. Melati menganggukkan kepala tanda ia setuju jika
Paijo duduk di sebelahnya. Kedua insan yang dimabuk asamara tersebut saling
melempar pandang, juga senyuman. Melati pun
kembali mengungkapkan perasaan cintanya pada Paijo. Paijo pun sedikit
memberanikan diri untuk menggenggam tangan Melati yang halus dan wangi. Belum
sampai Paijo mencium tangan tersebut Paijo mendengar suara khas Emaknya yang
cempreng. “Paijoo, cepat bangun! Sudah siang. Bantu Emak ke sawah untuk memanen
padi!”
#150katabercerita #AISEIWritingChallenge
#Jan17AISEIWritingChallenge
2 Komentar
Owalah paijo..paijo, tangiiii..
BalasHapus..macul..wes awan
Hehehe...Ayo gek macul Joo..Paijo..
Hapus