Enam Kali Gagal Tes CPNS
Pada hari
keduapuluhempat tantangan lomba blog “Menulis di Blog Jadi Buku” ini saya akan
melanjutkan postingan saya yang kemarin. Kali ini judul yang saya tulis “Enam Kali Gagal Tes CPNS”. Profesi sebagai PNS sejak dahulu hingga kini masih banyak
yang mendambakan. Tak bisa dipungkiri bahwa poisisi ini banyak yang mengincar.
Terbukti dari tahun ke tahun jumlah pendaftar semakin membludak. Sedangkan
formasi yang dibutuhkan sedikit. Profesi sebagai PNS dengan jaminan hari tua
salah satu alasan profesi ini laris digemari orang. Begitu juga dengan saya
yang mendamba bisa menjadi PNS.
Untuk lolos menjadi
seorang PNS harus melewati beberapa tahap yang tidak mudah dan dengan kompetisi
persaingan ketat. Saya pun melewati proses tersebut. Saya pertama kali
mendaftar pada tahun 2008. Saat itu saya bisa mendaftar di dua kabupaten di
Bantul dan Gunungkidul. Walaupun pada akhirnya untuk ujian hanya bisa di satu
tempat saja. Pertama kali ikut seleksi saya gagal. Rupaya memang belum rejeki
saya. Kegagalan tidak lantas membuat saya menyerah. Pada tahun 2009, saya ambil
lagi ketika ada kesempatan mendaftar CPNS. Pada saat itu saya mendaftar formasi
guru PPKn di Depag. Lagi-lagi saya harus gagal kembali. Jabatan yang saya lamar
minim formasi. Jadi persaingan juga ketat dan peluang untuk lolos sulit.
Apakah saya lantas
bosan untuk terus mencoba selagi ada kesempatan? Tentu tidak. Pada tahun 2010
saya kembali bersemangat mencoba mengadu nasib dan keberutungan. Pada saat itu
saya malah mengikuti 2 seleksi di tahun yang sama di Kemenkumham dan Kementrian
Agama. Untuk di Kemenkumham saya memakai ijazah SMA dan mendaftar menjadi sipir
wanita. Untuk yang di Kemenag saya mengambil formasi guru PPKn. Selagi ada
kesempatan mengapa tidak saya ambil? Namun lagi-lagi saya harus menelan pil
pahit kegagalan lagi. Pokonya prinsip saya selagi ada kesempatan akan saya
usahakan.
Seleksi pertama, kedua,
ketiga dan keempat mengalami kegagalan. Pada kesempatan tahun berikutnya, saya tidak
bosan dan tetap mecoba keberuntungan lagi. Walaupun ketika itu formasi yang
saya lamar bukanlah sebagi guru, akan tetapi sebagai analis kebijakan
pendidikan di Pemprov DIY. Saya ingat betul ketika itu mendapat jadwal ujian
yang bertempat di kampus saya dulu UNY. Itung-itung sekalian reuni. Saat membaca
pengumuman, lagi-lagi saya masih juga mengalami kegagalan. Saat itu latar belakang
pendidikan yang diminta dari S 1 kependidikan yang membuat persaingan semakin
ketat dengan membludaknya jumlah pelamar.
Lima kali kegagalan
yang saya alami tidak mematahkan semangat saya. Justru saya semakin tertantang
dan penasaran. Pada tahun 2014 ada lagi seleksi CPNS. Namun formasi guru PPKn
sesuai ijazah yang sudah kukantongi tidak ada. Saat itu saya sudah dinyatakan
lulus S1 PGSD hanya saja ijazah belum ada ditangan. Padahal ketika itu formasi
dengan kualifikasi PGSD lumayan banyak. Sayang sekali ijazah belum saya
dapatkan. Jadilah daripada tidak ikut saya tetap ikut mendaftar pada formasi
bukan guru, namun kualifikasi yang diminta
S 1 kependidikan. Saya bersemnagat ikut karena pada saat itu perekrutan
CPNS menggunakan model baru yakni CAT. Saya penasaran seperti apa CAT itu. Pada
seleksi sebelumnya saya masih menggunakan manual dengan lembar jawab LJK. Pada
tahun 2014 jumlah pendaftar pada formasi yang saya lamar sekitar 800 an orang
dan yang diambil 4 orang. Bisa dibayangkan ketatnya persaingan yang ada. Memang
saat itu saya hanya ingin mencoba model CAT itu seperti apa, jika lolos itu
bonusnya. Saat melihat pengumuman nama saya ada diurutan 100an dari 800an
pendaftar. Lumayanlah.
Begitulah lika liku
warna warni pemgalaman saya mengikuti ujian CPNS sebanyak 6 kali dan semuanya
gagal. Kegagalan tersebut tidak lantas membuat saya patah semangat dan bosan
untuk terus mencoba. Selagi ada kesempatan kejarlah. Jika belum berhasil
bersabar dan memang belum rejeki kita.
Salam Literasi,
Rofiana, S.Pd.
SD Pungkuran Pleret Bantul DIY
NPA 11041400010
0 Komentar