Rumah MeWah Gubuk Idaman
Pada hari keduapuluhtiga
tantangan lomba blog “Menulis di Blog Jadi Buku” ini saya akan melanjutkan
postingan saya yang kemarin. Kali ini judul yang saya tulis “Rumah MeWah Gubuk
Idaman”. Pada postingan sebelumnya, saya menuliskan cerita saya mencari
penghasilan tambahan dengan mengambil pekerjaan sampingan menjadi guru privat.
Menjadi guru privat saya jalani karena memang honor yang saya dapatkan di
sekolah belum cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan ingin membantu suami mencari
nafkah. Selain itu saya juga mempunyai keinginan yang ingin diwujudkan yakni
mempunyai rumah sendiri. Pilihan menjadi guru privat juga saya anggap sebagai
bagian dari caraku untuk menjemput rejeki dari-Nya.
Adanya suatu keinginan
tersebut membuat saya dan suami semakin semangat bekerja mengumpulkan
pundi-pundi demi terwujudnya keinginan. Membangun rumah membutuhkan biaya yang
tidak sedikit. Untuk itu kami cicil sedikit demi sedikit. Ketika sudah
terkumpul sedikit kami cicil dibelanjakan bahan-bahan. Yang membuat saya
tersenyum adalah ketika mengetahui ternyata suami sudah nyicil membeli batu bata
jauh sebelum mengenal saya. Batu bata yang sudah lama dibeli sudah lebih dari cukup
untuk membangun satu rumah dengan ukuran sedang. Bahan awet lainnya yang
dicicil setelah batu bata adalah batu untuk pondasi. Kalau batu ini tidak beli
karena kebetulan di belakang rumah mertua ada sebuah bukit yang digali untuk
menimbun proyek pembangunan pasar. Tinggal mencari tukang untuk memecah menjadi
ukuran lebih kecil. Pada waktu masih honorer di SD yang lama saya nekat ikut
meminjam uang di simpan pinjam keluarga SD. Uang hasil pinjaman dibelikan besi
sebanayak 100 lonjor.
Setelah terkumpul
sementara batu bata, batu pondasi, dan besi kemudian mengumpulkan kayu untuk
membuat pintu, cendela dan rangka atap. Lagi-lagi kayu juga tidak membeli, tinggal
mecari tukang untuk menebang pohon yang ada di pekarangan dekat dengan rumah
mertua. Meskipun tidak membeli juga harus mencari tukang untuk menebang dan
membuat pintu, jendela dan rangka atap. Proses dalam membangun rumah tidaklah
sebentar. Semua membutuhkan proses setahap demi setahap menyesuaikan dengan
kamampuan. Setelah prihatin selama kurang lebih lima tahun mulailah membangun
rumah diatas tanah yang dibeli bapak mertua untuk suamiku. Setelah kurang lebih
6 bulan proses pembangunan rumah kami anggap selesai. Sejadinya dulu yang penting
sudah ada atap, pintu dan jendela.
Pada bulan Maret 2013
mulailah rumah tersebut kutempati dengan keluarga kecilku. Alhamdulillah
meskipun belum sempurna rumah tersebut kami tempati. Rasa bahagia tentu kurasa.
Keinginan yang dicita-citakan bisa terwujud. Sebuah rumah mewah (mepet sawah) gubuk
idamanku yang kuanggap sebagai istana
bagiku. Jika menginginkan sesuatu tentu diwujudkan dengan usaha semaksimal yang
kita punya. Selebihnya memohon kepada-Nya agar dipermudah dan dilancarkan. Selalu
melibatkan Allah Insyaallah akan terasa jauh lebih mudah dalam menjalani.
Simak untaian kisah selanjutnya ya !
Salam Literasi,
Rofiana, S.Pd.
SD Pungkuran Pleret Bantul DIY
NPA 11041400010
0 Komentar